Tentang Mimpi dan Kaki yang Tidak Pernah Berhenti Mengukir

Sang Lelaki - setelah sekian purnama; jemari mulai merindu.

Ziara kali ini cukup unik; semakin ia berpikir tentang bagaimana membuat hidup semakin berarti, ia malah terjebak dalam pikirannya sendiri. Pada akhirnya caci maki jadi litani yang tak perna usai diucap. Mengeluh tidak menjadi tempat pulang yang tepat. Lelah juga terkadang tak sanggup jadi penghalang untuk mengalah. Hidup memang harus selalu dihiasi dengan banyak keanehan.

Hari demi hari akhirnya dia habiskan untuk mencari cara  paling tepat untuk mendekap sebagian dirinya; kali-kali kenyamanan itu bisa ia jumpai tanpa harus meneguk sebotol minuman keras atau membasahi wajah dengan air mata. Tanpa pergi mengais nikmat di kebun anggur orang kana; karena persediaan untuk tamu  undangan pun tak cukup. Apalagi harus dibagi untuk memuaskan risaumu. Rasa-rasanya mulut terlalu berdosa untuk memohon pada Tuhan melakukan lagi mujizat seperti waktu itu; Sang bunda pun tampak tak begitu akrab dengannya.

Sedang kekasihnya masih belum menyata; ia pun dipaksa untuk sabar -mencinta tanpa harus menunggu alasan; menjaga apa yang mungkin cepat atau lambat akan terlepas; menikmati tanpa harus berpikir untuk memiliki. Kekasihnya hanyalah mimpi indah yang tak pernah tuntas untuk dia nikmati. Indah yang tak pernah usai untuk dipuji. Doa yang tak pernah selasai untuk diamini.

Akhirnya ia memilih untuk iklas. Hari ini ceritanya berubah; bukan tentang siapa yang paling cakap atau kuat untuk bahagia, tetapi siapa yang paling tulus. Tulus mencinta tanpa perlu berpikir tentang masa atau saat mendatang; tugasnya hanya berusaha menuntaskan cinta yang telah ia sepakati sendiri. Berharap doa-doanya segera berbuah - tak hanya mekar dan memanjakan mata; ia ingin menyantap buah itu kelak agar sanggup bercakap tentang ingin dan hasrat yang selama ini ia pendam.

Mengiklaskan semua rasa; karena iklas bukan tentang pasrah tetapi menikmati setiap saat yang dirasa. Menikmati sabar sebelum memiliki; menikmati sendiri sebelum meniduri sang kekasih; menikmati rindu sebelum berjumpa; menikmati sepi sebelum riuh oleh dekapan; menikmati semoga sebelum mujizat menyata. Semua tentang mimpi dan sepasang kaki yang tak pernah berhenti tuk mengukir. Terakhir: selamat menikmati semua yang disajikan oleh semesta - percayalah selalu ada amin di pengujung semogamu.

Cerita ini hanyalah sepenggal kisah yang terpotong tentang para pejuang mimpi dan petarung yang siap berjuang untuk jadi hebat dengan cara pandang masing-masing. 



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AURELIUS

HUKUMAN ADALAH HAK MANUSIA

Pesawat Terbang dan Kebun Tomat