Pesawat Terbang dan Kebun Tomat


Terkadang kita terlalu sibuk mencari apa yang hilang di luar diri kita; misalnya kebahagiaan dari lingkungan tempat tinggal kita, kenyamanan dari sesosok manusia, tahkta atau jabatan dan lain-lain, sampai lupa menyadari bahwa tiap detik kita kehilangan potongan demi potongan jiwa. Ini alasan kenapa setiap kali kita mendapatkan sesuatu di saat bersamaan kita juga selalu merasa kehilangan sesuatu. Lantas tiap hari kita hanya akan menghabiskan waktu untuk mencari apa yang sebenarnya tidak perlu dicari. Meraba-raba wujud yang sebenarnya tidak ada demi memuaskan keinginan kita yang tak berujung. Kita sibuk berpikir bahwa tampanya kita akan sedih, akan gelisah atau bahkan merasa separuh diri  kita tengah tersesat. Hingga akhirnya kita terpenjara sendiri oleh isi kepala.

Untaian doa kemudian didesain sedemikian rupa hingga rumusan syukur dihilangkan diganti dengan permohonan. Tidak heran doa anak manusia hari ini semuanya berisi keluh kesah dan tuntutan. Kita begitu egois merayu atau bahkan memaksa Tuhan untuk mendengarkan permintaan kita. Seolah kebahagian adalah kewajiban yang musti Tuhan penuhi agar kita tidak kehilangan alasan untuk sujud menyembahNYa. Tidak jarang kita bahkan merasa kehilangan Tuhan; TanganNya seakan tak lagi hangat menggenggam; pelukanNya tak lagi senyaman hari kemarin dan suaraNya seolah jauh dari  telinga kita; panggilanNya pun seakan tak menarik dan terlalu sepi untuk bumi yang riuh oleh banyak keinginan orang yang katanya  suci. Bahagia akhirnya seumpama mujizat yang sulit sekali ditemukan hari ini.

Bahagia yang hendak kita gapai sebenarnya konsekuensi logis dari apa yang sudah mulai kita kerjakan. Sebab usaha selalu mengantar pada kesuksesan dan berujung pada kebahagiaan.  Sehingga konsep yang benar sebenarnya bukan mencari bahagia tapi mulailah berusaha. Kerena bahagia tak bisa diperoleh semudah mengedipkan mata; walau pun hasrat untuk memilikinya selalu ada meski mata sedang terkatup. Tidak ada bahagia tanpa usaha yang 'mewujud'. Meskipun usaha itu kecil bak biji sesawi yang sering kita baca di kitab suci.

Jika wujud biji sesawi sukar kita bayangkan hari ini; mungkin kita bisa menggantinya dengan biji tomat atau biji-bijian yang lain. Bukan soal perumpamaan atau pengalaman mencari kerajaan Allah yang mau dituliskan. Tapi  lebih tentang bagaimana biji-bijian itu hadir sebagai alasan untuk seseorang mendapatkan apa yang ia rindukan bukan apa yang ia cari. Jika iman sebasar biji sesawi saja sanggup membuat kita memindahkan gunung atau menenggelamkannya; maka bahagia sebesar biji tomat pun sanggup membuat kita membayangkan barisan gunung yang menjulang indah di depan mata; atau menghadirkan hamparan laut yang luas di mana saja kita berada. Jadilah tuan untuk kebahagian kita sendiri; bahkan untuk model bahagia yang paling aneh sekalipun.

- - - -

Khayal kemudian terlempar ke kompleks kebun di suatu tempat. tersadar bahwa Tuhan selalu memberi pengajaran dengan segala fenomen yang ada di sekitar kita. Bukan tentang proses biji tomat itu tumbuh hingga berbuah yang menjadi perhatian. Tetapi aktifitas sekelompok orang yang dengan segala emosinya datang dan dengan caranya masing-masing membersihkan apa yang ada di kepala dan hati bersamaan dengan rerumputan liar dan ilalang yang tumbuh bersamaan dengan tanaman. Menyemaikan harapan di cela-cela dedaunan  yang tengah tumbuh cantik dengan hijaunya; sembari meluapkan kekesalan dengan melukai bongkahan tanah di sekitar buah tomat yang mulai memerah. 

Menyiapkan waktu khusus untuk datang menyiram atau memupuk tanah sebenarnya bukan hanya dilihat sebagai aktifitas prosedural untuk merawat tanaman tetapi lebih dari itu merupakan aktifitas untuk merawat dan memupuk kebahagiaan. Bahagia itu mahal sehingga kekesalan bila tidak memperolehnya pun perlu diungkapkan dengan cara yang berkualitas. 

Tampak kompleks tersebut seketika berubah dari kebun buah dan sayur menjadi tempat semua emosi dipertontonkan. Mulai dari senyuman gadis cantik yang menyelimuti banyak pikiran kelam di kepala, hasrat seorang gadis untuk menaklukkan hati seseorang yang diam-diam ia puja, bayang seorang pemuda akan keringat yang kelak menjelma menjadi puas yang tak berhingga, tanya anak kecil tentang masa depan seperti apa yang akan ia hadapi; dan banyak isi kepala yang tak mau disibukkan oleh cerita berat tentang hidup, mereka lebih menikmati irama kaki anak-anak yang berlari dengan kaki telanjang di pematang seolah mengiringi pulangnya sang mentari ke peraduan.

 - - - -

Jika hari ini pesawat yang kau lihat masih sejauh mata memandang maka sekali-kali pergilah ke anjungan untuk membuktikan  bahwa besar dan kecilnya sesuatu yang ditangkap oleh mata bergantung pada titik di dan dari mana ia melihat. Demikian konsep bahagia yang paling sederhana untuk dijelaskan. Mengambil jarak sedekat mungkin dengan segala hal yang membawamu pada bahagia yang dirindukan. Bukan yang dicari. Kerena mencari adalah aktifitas akal yang sarat dengan itensi duniawi tetapi merindu adalah untaian doa dari jiwa yang paling tulus melayani. Silakan bergegas ke anjungan hati masing-masing untuk menunggu kapan saat yang tepat untuk melihat bahwa bahagia  itu bukan tentang apa yang kita alami saat ini; tetapi tentang apa yang kita perjuangkan hari ini. 

- - - -

Biji tomat itu kecil - pesawat itu besar. Jangan lupa beli tomat dan lihat pesawat di bandara:)

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

AURELIUS

HUKUMAN ADALAH HAK MANUSIA