Wanita yang Dikandung oleh Kepala


Judul ini hanya ilustrasi kecil tentang seorang  wanita yang tampak bahagia oleh banyak pasang mata; tapi sepi kala terjaga  seorang diri. Ada banyak senyum rekayasa yang ia tunjukan dan tidak sedikit gelisah yang ia iklaskan. Kini usahanya untuk mencapai bahagia senada dengan ketegarannya untuk mendamaikan sepasang lutut yang rapuh dan permukan lantai yang kasar, hingga tak ada lagi jarak yang tercipta. Semakin ia berdoa semakin banyak ketenangan yang boleh ia nikmati, akan tetapi terkadang doanya menjelma jadi dosa. Dosanya sederhana, yakni memaksa Tuhan  untuk mengubah semua kegusaran jadi kemuliaan. Hingga tidak jarang ia merayu Tuhannya dengan mata berkaca-kaca, berharap setiap kemauannya tercapai - setiap inginnya menyata.

Hari ini ia kembali mengadu pada Tuhan; perihal rasa yang sedari semalam ia kehendaki dan kenyataan yang Tuhan berikan saat ini. Pikirnya mungkin doanya tertukar dengan doa ciptaan yang lain. Atau mungkin saja Tuhan masih sibuk mengabulkan doa orang-orang yang lebih rapuh darinya. Seakan pengalaman ia hadapi akhir-akhir ini tak seharum korban bakaran yang ia letakan pada meja persembahan. Mungkin saja sebelum api dari surga turun dan membakarnya, kawanan burung nasar terlebih dahulu mengerumuni dan menyantapnya. Sungut dan gusar kini seolah jadi asap yang paling pekat membumbung dari meja persembahan dan menyisahkan luka pada tiap harap yang belum semua ia iklaskan.

Jika wanita itu dikandung oleh kepala, maka kepalanya adalah janin yang paling suci. Tak harus menunggu malaikat surga datang dan memberi sapa serta berkat. Tak harus terlebih dahulu mendengar iktiar serupa dari gulungan kitab-kitab sakti yang ditulis para nabi. Karena bukan hanya suara malaikat yang ia dengar tetapi juga suara manusia paling berdosa.  Janin itu menjadi muara banyak hal; lebih-lebih kecemasan yang sengaja ia biarkan beranak-pinak. Tentang masa depan dengan banyak tanda tanya; sesosok lelaki yang ingin ia miliki sendiri; perihal pergi atau mau bertahan; tentang perpisahan yang iklas atau gelisah; tentang bahagia yang ia rindukan atau harapan yang banyak dinanti oleh keluarga. Kepalanya jadi arena ego dan doa bertarung; membuktikan siapa yang paling layak untuk berkanjang di dalamnya. Tiap hari sibuk melahirkan banyak keinginan, hingga lupa membesarkan dan merawat bahagia yang sudah Tuhan kurniakan.

Wanita yang dikandung oleh kepala selalu lupa; bahwa bahagia bukan tentang seberapa semoga yang Tuhan aminkan; tapi tentang seberapa iklas amin yang ia semogakan di sudut kamar. Bahwa Tuhan yang ia sembah selalu punya cara untuk mengemas tiap harapannya; selalu memberi bahagia pada saat yang tepat. Akhirnya tersisah kini hanyalah sebarapa besar usahanya untuk sadar bahwa ia harus bahagia; bahwa masa depanya adalah gambaran hari yang saat ini sedang ia nikmati; bahwa lelaki yang ia cintai juga sedang berjuang menjadi cinta sejati; bahwa pergi dan bertahan hanya soal cara untuk menikmati berkat, bahwa perpisahan adalah cara paling sederhana untuk menguji kesetiaan dan bahwa harap akan selalu hidup selama kepalanya masih berpikir tentang Tuhan.

Teruntuk wanita yang dikandung oleh kepala - Terberkatilah karena kalian adalah tanda bahwa Sabda tak hanya mengendap pada perasaan tatapi juga pada pikiran. Jangn lupa merawat bahagia!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

AURELIUS

HUKUMAN ADALAH HAK MANUSIA

Pesawat Terbang dan Kebun Tomat