Pejalan yang Tangguh
Jika ada pengertian bahwa hidup atau kehidupan itu adalah sebuah perjalanan; maka saya orang pertama yang berani bersaksi bahwa ia adalah pejalan terbaik; peziarah yang tangguh.
Hari yang berlalu ibarat sebuah doa yang terus terucap; ada yang tersampaikan ke surga dengan penuh kesadaran; ada pula sebaliknya - terucapkan ke surga dengan tidak ada kesadaran. Setiap hari tangannya selalu hangat oleh balutan butir-butir rosario; tak pernah bibirnya lelah berbisik dan minta pertolongan. Rasa ingin pasrah terus ia ubah menjadi alasan untuk terus erat menggenggam untai kalung suci itu.
Pagi itu ia sendiri di sebuah ruangan asing; tampak bayang-bayang malaikat dengan kostum putih menutup seluruh tubuh; dari kepala hingga ujung kaki. Sempat ia berpikir apakah ini malaikat yang konon katanya pernah datang mengunjungi seorang perempuan bernama Maria untuk membawa kabar sukacita? atau iblis jahat yang dikirim Tuhan untuk mengadali? Apakah ini yang disebut masa atau hari kedatangan kembali?
Ia menghentikan dialognya dengan isi kepala, perlahan tatapannya ia palingkan dari sosok misterius itu. Ia lebih memilih untuk melanjutkan percakapannya dengan Tuhan; namun terkadang ketika percakapan itu sepi, ketakutan mulai datang menggodanya kembali. Bayang gelap selalu mengganggunya tiap saat. Tapi ia tahu bagaimana cara untuk mengatasinya. Kembali ia erat menggenggam rosario yang saat itu ia letakan tepat di atas dadanya. Sekali-kali ia menatap langit-langit atau jendela kecil di sisi ruang itu. Baginya ada banyak yang terlihat di dua titik pandang itu; imajinya membawa ia jauh memeluk orang-orang yang ia sayang; ia menyempatkan diri untuk membasuh air mata sahabat-sahabatnya; dan meyakinkan banyak orang untuk terus menjaga agar lilin yang dinyalahkan itu tidak padam. Tidak lupa ia berbisik pada kekasihnya; bahwa ia akan menepati janjinya.
Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi dengan cahaya; matanya tak kuasa menerima semua terang yang terkumpul di ruangan itu. Akhirnya ia pun tertidur untuk beberapa saat, meninggalkan ruang celoteh antara dirinya dengan Tuhan. Percakapan terakhir mereka yang akhirnya harus tertunda ialah pertanyaan tentang apa alasan ia harus kuat berjalan dan melangkah sejauh ini. Tuhan tampak senyum sambil memeluknya erat.
Tubuh kecilnya tampak pulas berbaring. Malaikat atau iblis itu secara khusuk melantunkan doa di atasnya. litani suci terdengar nyaring dari seluruh sudut ruangan; semua pengat dan panas di ruang kecil itu disejukan dengan air mata yang mengalir dari depan meja dengan lilin yang bernyala. Tidak sedetik pun suara merdu itu berhenti dikumandangkan, hingga akhirnya ia sadar dan terjaga seorang diri; masih di ruang yang sama - kali ini malaikat itu sudah tidak tampak - ia ditinggal telanjang tanpa busana bersama banyak selang kecil yang katanya sakti; mungkin itu jelmaan kabar sukacita yang Tuhan kirim.
Perlahan ia mulai menyadari; ternyata orang yang tampak terakhir sebelum ia tertidur adalah malaikat, bukan iblis. Ritual panjang di ruang kecil bersama malaikat itu akhirnya berlalu; gadis cantik itu kini memulai banyak hal yang baru. Rosario masih malaikat pada tangan; ia masih tangguh berjalan sejauh yang ia inginkan. Hari-harinya kini menjadi tantangan untuk terus mengukir sabar pada loh hati yang paling tebal; agar ukiran itu kuat membekas dan tak mudah pudar oleh keluh kesah. Perlahan ia merapikan isi di kepala yang kadang penuh; pelan-pelan ia mengajak berdamai dengan hatinya agar tetap tangguh berucap kata syukur. "Ingat hari itu? Malaikat datang jauh-jauh dari surga untuk memperpanjang semangatmu", bisiknya pada raga kala dirayu untuk berhenti melangkah.
Tuhan telah memilihnya untuk menjadi satu dari sekian banyak gadis tangguh di bumi; menjadi saksi bahwa sabda bahagia itu nyata. Bahwa setiap kita punya malaikat penjaga. Bahwa doa selalu berujung pada keselamatan dan kepenuhan atas banyak hal yang menjadi kerinduan banyak orang. Tugasnya hari ini adalah meyakinkan mahkluk ciptaan lain; bahwa cara paling sederhana untuk berbincang dengan Tuhan adalah sadar dan pasrah; bahwa semua yang dialami pada tiap detik kehidupan di bumi adalah kabar sukacita yang Tuhan turunkan dari surga lewat malaikat-malaikatnya.
Akhirnya gadis dengan rosario di tangan sadar; bahwa percakapan waktu itu masih terus berlanjut; Tuhan hanya memakai cara yang paling agung untuk menjawab pertanyaannya: tantang apa alasan ia harus kuat berjalan sejauh ini. Tuhan tidak lansung menjawab dengan kata-kata. Ia sengaja membenamkannya pada pelukanNya; agar menyaksikan kebaikannya dengan cara yang paling indah. Lewat ruang kecil; lewat sosok malaikat yang Ia utus; lewat suara litani suci yang bergemah dari semua penjuru sudut ruangan; lewat sabda bahagia yang kala itu menjelma jadi selang sakti dan lewat kesejukan air mata orang yang tulus mencintai - Tuhan berbicara dengan perbuatan. Satu dari sekian banyak jawaban atas apa yang ia tanyakan: apa alasan ia harus tetap kuat melangkah sejauh ini. Sekian.
Teruntukmu - selamat karena sudah jadi kuat; tetaplah bahagia. Bukan karena yang lain tetapi karena dirimu sendiri dan Tuhan yang kau ajak bicara itu. Tetap jadi hebat di setiap titik perjalanan yang kau tapaki; lebih-lebih di satu babak kehidupan baru nanti. Percayalah jejak kaki yang kau tinggalkan adalah motivasi untuk banyak orang dan semangatmu adalah alasan untuk kebahagian orang-orang yang mencintaimu. Jemputlah bahagia yang menanti di tiap persimpangan jalan. Tetap genggam rosariomu agar tak pernah tersesat.
Komentar
Posting Komentar