Gadis Kecil
Kecantikan adalah tawaran bisu. Seorang gadis kecil menghabiskan harinya dengan riuh pada kepala. Keahliannya adalah memanipulasi senyum jadi tameng yang paling kuat untuk menyembunyikan hati yang rapuh. Perlahan ia belajar untuk meyakinkan dirinya bahwa bahagia itu bukan pilihan, tapi sebuah taman yang sudah Tuhan ciptakan sebelum manusia ada. Kenangan dan ingat akan masa-masa indah yang masi basah seakan hadir sebagai buah terlarang yang dimakan oleh perempuan pertama. Buah terlarang itu tak disantap habis olehnya, potongan yang tersisa ia berikan kepada sang lelaki sesaat sebelum Tuhan mengutuk dan menyiksa ular penggoda. Sang lelaki pun sempat menyantapnya - entah karena ingin tahu atau karena desakan dari kekasihnya. Lelaki selalu takluk dengan pinta sosok gadis yang melekat di hati. Hukum yang sama berlaku sebaliknya. Lantas kenang tersebut beranak pinak dan membuatnya terbiasa bersahabat dengan air mata.
Gadis kecil akhirnya akrab dengan luka dan kenangan yang adalah dosa. Sebab mengingat masa lalu adalah ular yang licik yang pandai merayu orang untuk kembali menangis. Ia akhirnya dibesarkan dengan rasa ingin bahagia tapi enggan melupakan dosa. Persis dilema manusia pertama yang terlalu rapuh oleh godaan si jahat dan ingin untuk bahagia. Tawaran untuk bahagia hanya hiburan semata, baginya pulang adalah ritual yang membuatnya tenang. Sehingga tidak heran; menangis dan ketawa bukan lagi dua ekspresi yang berbeda tapi kutukan yang ia nikmati bersamaan.
Akan tetapi di balik angan dan inginnya untuk bahagia, sang gadis sediannya adalah wanita yang kuat, yang tak lekas lelah untuk bersabar manyisahkan sedikit harapan untuk ia nikmati sendiri dalam kamar. Saat si gadis kecil mencoba tuk lari, senyumnya meninggalkan bekas yang
ingin sekali dimiliki oleh semua lelaki. Tersisa kali ini pilihan, tetap setia merawat tiap luka hingga sembuh atau pergi. Kembali kepalanya dipenuhi oleh banyak ketakutan dan sedikit harapan yang tampak samar-samar di ujung mata.
Perjalan pulang sang gadis kecil kali ini bukan lagi tawa atau tangis; tapi tentang keberanian untuk berlangkah pergi bersama lelaki yang diam-diam mengutukinya menjadi doa yang paling sering ia lantunkan. Atau setia menanti kelak kekasih akan menjemputnya bersama menikmati apa yang mereka cita-citakan bersama sedari dulu. Bisik sang lelaki yang menyukainya; semoga senyum yang selama ini ia bingkai pada matanya; kelak akan dimiliki bersama dengan yang empunya. Mengajaknya untuk sekadar melupakan dosa masa lalunya dan menyantap buah pada pohon lain yang Tuhan sudah siapkan.
Lantas sang gadis kiranya harus sadar dan terjaga dari candunya; tentang rasa yang tidak harus memasungnya sejak dini dan semoga kelak ia jadi milik yang paling sering didoakan. Menjadi alasan untuk setiap senyum. Menjadi pulang yang paling sejuk. Menjadi gadis yang paling bahagia hingga lupa kapan terakhir ia terluka. Teruntuk gadis kecil - Jangan lupa bahagia.
Komentar
Posting Komentar