Wanita itu di kepalamu


Mimpinya agar hari-harinya cepat berlalu; bersama sakit yang ia nikmati, gelisah yang ia iklaskan dan tangis yang ia rayakan. Doanya sederhana; semoga lututnya berbuah dan katup tangannya bertunas. Lilitan butir demi butir kontas pada sepasang tangannya yang kering selalu ia sirami dengan air mata yang wangi; bahkan lebih harum dari minyak narwastu milik wanita pendosa saat membasuh kaki tuannya. Hari terberatnya bukan lagi sakit apalagi cemas, karena baginya mereka adalah sahabat. Rasa ;yang menjelma jadi wujud, setia menemaninya menanti butir-butir kontas itu berbuah.

Hari ini isi kepalanya sibuk. Perihal istana dan segala isinya, pangeran yang sebentar lagi akan pergi berperang dan harapan yang mulai bertunas pada cela jari-jari. Ia berisyarat bahwa hidup bukan soal siapa yang sanggup bertahan tetapi siapa yang sanggup iklas tanpa harus ada alasan. Manusia hanya pelengkap penderita dan takdir adalah pelakon yang sesunggunya. Sang waktu yang kemudian mengatur kapan engkau memainkan peran antagonis, kapan jadi pemeran figuran. Intinya saat ini, ia hanya menjiwai penokohan yang berhasil ia rekam semasa hidupnya.

Perjalanan paling jauh yang pernah ia tempuh adalah melawan rasa penasaran bukan takut; kala ia menukar nafasnya dengan cahaya lilin di sudut kamar. Ada bunda yang setia menjaga hingga ia tetap berkobar bahkan saat semangatnya mulai redup perlahan. Percayalah tak ada dingin yang lebih jahat dari dingin tanpa dekap sang bunda. Dia percaya bahwa semakin ke puncak pilihannya semakin terbatas; bertahan ditempat dengan keringat yang perlahan menjelma menjadi darah atau tetap melangkah dengan konsekuensi sabarnya semakin melukai.

Tersisa kini potongan  lilin yang membekas di beberapa tempat; pada sudut-sudut kamar, separuhnya pada batu nisan dan sisahnya dibiarkan berserak di teras hatinya. Perlahan mulai ia rapikan harapan, cita dan cintanya pada satu ujud doa yang kekal. Bahwa yang fana adalah hidup dengan harapan dan yang kekal adalah harapan yang menghidupkan. Perlahan tunas itu mulai nampak dewasa dan sedikit lagi buahnya akan matang. Semoga bukan dengan rambut ia menyeka kaki tuannya tapi dengan senyum yang hangat. Perempuan  itu ada di kepalamu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

AURELIUS

HUKUMAN ADALAH HAK MANUSIA

Pesawat Terbang dan Kebun Tomat