MERETAS KOMUNIKASI SEBAGAI RUANG SIMBOLIK
Sebagai Basis Berpikir Quod factum est, infactum fueri nequit . Sesungguhnya jika suatu peristiwa terjadi, maka tidak akan ada sesuatu yang dapat mengubahnya. Papatah latin ini bergerak dari kesadaran bahwasanya segala peristiwa yang baik dan jahat merupakan bagian dari sejarah hidup manusia. Realitas manusia tak terbatas pada kehadirannya sebagai subyek (persona) , tetapi juga mencakup persoalan-persoalan (dinamika) sebagai peristiwa yang tidak bisa terelakan. Kompleksitas permasalahan yang muncul di masa postmodernisme, bukan hanya terkait persoalan filosofis, tetapi juga terelaborasi dengan masalah politik, sosial dan budaya, yang secara teoritis dan praktis mempengaruhi pola komunikatif suatu masyarakat madani (civil society). Jurgen Habermans, sebagai salah seorang filsuf kontemporer yang sangat getol meneliti esensi masyarakat yang komunikatif serta ilmu-ilmu sosial masyarakat modern lainnya, berpendapat bahwa tema persoalan postmodernisme tidak hanya menjadi topik diskursus