In The Name of Belief
___ Dari kejauhan kedua penjahat menyaksikan kedatangan Sang Tuan yang hendak disalibkan di antara mereka. Tanya salah seorang kepada yang lain. “Mengapa mereka begitu kejam memukulinya; apa kejahatan yang dibuat orang itu?”. “Mungkin ia korupsi, atau menghianat kepala pemerintah atau melecahkan istri sang raja”, jawab temannya. “Memang akhir-akhir ini susah menebak kejahatan manusia; baik dan buruk hanya seperti label yang bisa diberikan oleh siapa saja sesuka hati”, percakapan mereka masih berlanjut. “Sudahlah para perajurit kejam itu semakin mendekat; kita pura-pura menderita saja, supaya bisa mendapat belas kasihan”, ajak temannya. “Ah sekali-kali aku tidak menderita karena salib ini, tetapi aku jenuh tergantung di hadapan banyak mata para pendosa yang nasib lebih beruntung dari kita”, kata salah seorang dari mereka menutup percakapan tersebut. Mereka berdua tampak lelah bergantung. Bukan karena paku yang menancap pada tubuh; tetapi oleh tetapan kejam manusia-manusia munafik yang