Tentang Mimpi dan Kaki yang Tidak Pernah Berhenti Mengukir
Sang Lelaki - setelah sekian purnama; jemari mulai merindu. Ziara kali ini cukup unik; semakin ia berpikir tentang bagaimana membuat hidup semakin berarti, ia malah terjebak dalam pikirannya sendiri. Pada akhirnya caci maki jadi litani yang tak perna usai diucap. Mengeluh tidak menjadi tempat pulang yang tepat. Lelah juga terkadang tak sanggup jadi penghalang untuk mengalah. Hidup memang harus selalu dihiasi dengan banyak keanehan. Hari demi hari akhirnya dia habiskan untuk mencari cara paling tepat untuk mendekap sebagian dirinya; kali-kali kenyamanan itu bisa ia jumpai tanpa harus meneguk sebotol minuman keras atau membasahi wajah dengan air mata. Tanpa pergi mengais nikmat di kebun anggur orang kana; karena persediaan untuk tamu undangan pun tak cukup. Apalagi harus dibagi untuk memuaskan risaumu. Rasa-rasanya mulut terlalu berdosa untuk memohon pada Tuhan melakukan lagi mujizat seperti waktu itu; Sang bunda pun tampak tak begitu akrab dengannya. Sedang kekasihnya masih belum meny