Wanita itu di kepalamu
Mimpinya agar hari-harinya cepat berlalu; bersama sakit yang ia nikmati, gelisah yang ia iklaskan dan tangis yang ia rayakan. Doanya sederhana; semoga lututnya berbuah dan katup tangannya bertunas. Lilitan butir demi butir kontas pada sepasang tangannya yang kering selalu ia sirami dengan air mata yang wangi; bahkan lebih harum dari minyak narwastu milik wanita pendosa saat membasuh kaki tuannya. Hari terberatnya bukan lagi sakit apalagi cemas, karena baginya mereka adalah sahabat. Rasa ;yang menjelma jadi wujud, setia menemaninya menanti butir-butir kontas itu berbuah. Hari ini isi kepalanya sibuk. Perihal istana dan segala isinya, pangeran yang sebentar lagi akan pergi berperang dan harapan yang mulai bertunas pada cela jari-jari. Ia berisyarat bahwa hidup bukan soal siapa yang sanggup bertahan tetapi siapa yang sanggup iklas tanpa harus ada alasan. Manusia hanya pelengkap penderita dan takdir adalah pelakon yang sesunggunya. Sang waktu yang kemudian mengatur kapan engkau memainkan p